"Hidup saya dimulai ketika ibu melambaikan tangan, melepas saya pergi dari rumah. Kalau kamu?"
Demikian Abimanyu (Rio Dewanto) menanyai Indah (Atiqah Hasiholan)
petugas cabang Kedutaan Besar Republik Indonesia di Busan, Korea
Selatan.
Perkenalan berlangsung kaku. Sekaku sifat Indah yang dibesarkan dalam
kesepian. Sepi yang dilawan Indah bersumber dari keindahan Busan yang
melingkunginya.
Ini kali pertama Indah bekerja dan langsung terlempar ke negeri
orang. Indah tinggal bersama Puri (Kenes Andari). Pertemuan Indah-Abi
terjadi di pelabuhan Busan. Kala itu, Abi ditemukan dalam kondisi
kritis. Dokter menyebut sisi kanan jantung Abi gagal memompa darah dan
akhirnya darah menggumpal di paru-paru. Fungsi tentrikal jantung kanan
akhirnya menjadi gagal pula.
Indah ditugasi bosnya, Victo Tampubolon (Sapto Soetarjo) memantau
perkembangan Abi sampai pulih dan bisa dikembalikan ke Indonesia. Ini
kisah fiktif dari Titien. Dibingkai dalam lanskap Korea Selatan yang
budayanya telah menjelajah seluruh Asia hingga negara Adidaya.
Meski begitu, Titien membatasi ceritanya. Sebatas hubungan Abi dan
Indah. Tak ada latar yang membuat kita mengerti bagaimana Abi maupun
Indah tiba di Negeri Ginseng kecuali lewat percakapan antarkarakter.
Titien mempersilakan Anda masuk ke kamar, tempat Abi dirawat.
Dibatasi dinding, yang tidak memungkinkan kita melihat siapa pun kecuali
Abi dan Indah. Kalau ada wajah lain, itu hanya suster dan dokter yang
berbicara dalam bahasa Ibu. Pembatasan set menuntut sinematografer
andal, yang bisa menangkap momen di ruang sempit. Ketika bercakap atau
dalam kebingungan harus berbicara apa.
Dalam ruang terbatas itu, Yunus Pasolang cekatan menyorot buku “Set
The Goal And Reach It” yang disimak Indah. Dari situ kita tahu, seperti
apa Indah memandang hidup. Alih-alih bertanya buku apa yang dibaca
Indah, Abi membanggakan paspornya.
Sindiran kemudian terdengar, “Paspor saya yang tipis ini lebih
menarik daripada buku kamu itu. Buku itu tidak membawa kamu pergi ke
mana-mana.” Sindiran terdengar seperti batu yang dilempar ke kaca
jendela rumah. Seperti maling yang mengejutkan, membuat pemilik rumah
(Indah) terjaga.
Titien jeli menata Atiqah dan Rio berlakon. Mulai dari pertemuan,
pembicaraan seperlunya, mencari-cari bahan pembicaraan, sampai
pembicaraan hal sepele yang rasanya tidak perlu dibahas. Eh, sebentar!
Justru dari remeh-temeh ini kita tahu, ada “mulut lain” yang ikut
berbicara. Abi dan Indah mulai terbiasa menikmati momen ini. Tidak lagi
bertanya mengapa momen ini terjadi.
HelloGoodbye bukan kisah cinta kebanyakan. Titien membuatnya
menjadi drama yang ceriwis. Menyentuh cinta dari banyak aspek. Temu,
pisah, berangkat, pulang, perjalanan, dan pulang. Pendek kata, hidup.
“Terlalu fokus pada tujuan kadang membuat kita lupa untuk menikmati
perjalanan.” Maka, Indah dan kami menyadari konsep hidup dari perspektif
berbeda. Hidup hanya sekali.Jadi, mengapa kita tidak berusaha menikmati? Sebelum menikmati hidup,
Abi bertanya kepada Anda, “Bagaimana kamu dapat mencapai tujuan, kalau
kamu tidak tahu dari mana titik awalnya?” Lalu kita bertanya, “Dari
mana? Hendak ke mana kita?”
Silence Is Golden (Moment): Abi dan Indah di simpang
jalan. Sesaat lagi mereka pisah. Siang itu, cinta terasa begitu nyata.
Abi memeluk Indah, membisik di telinganya. Suara Abi tidak terdengar,
ditelan kebisingan mobil-mobil yang lalu lalang. Kita tidak (perlu)
tahu, apa yang didengar Indah. Tapi saya tahu bagaimana air muka Indah
berubah. What an epic scene!
Pemain: Rio Dewanto, Atiqah Hasiholan, Sapto Soetarjo, Kenes Andari, Verdi Solaiman
Sutradara: Titien Wattimena
Penulis: Titien Wattimena
Produser: Frederica
Produksi: Falcon Pictures
Durasi: 100 menit
Sutradara: Titien Wattimena
Penulis: Titien Wattimena
Produser: Frederica
Produksi: Falcon Pictures
Durasi: 100 menit
Komentar