“Salam manis tidak akan habis. Salam sayang tidak akan hilang, buat semua pencinta karya saya.” WELL, bagi yang mengalami masa kecil di tahun 1980-an hingga 1990-an awal kalimat itu tentu sudah begitu akrab.
Kalimat itu ditemukan dalam setiap halaman pertama komik Petruk-Gareng karya Tatang Suhenra alias Tatang S. Belum lama ini saya menemukan satu komik Tatang S. di dunia maya. Ada
yang berbaik hati meng-scan lalu mengunggahnya ke internet. Dan ah...
saya seperti naik mesin waktu mengingat masa kecil saat menggandrungi
komik-komik Petruk-Gareng Tatang S..
Sebagai generasi yang lahir di tahun 1980-an, saya kurang mengakrabi
komik-komik Indonesia yang lahir sebelum tahun 1980. Komik wayang R.A.
Kosasih, misalnya, baru saya baca belakangan setelah semakin “melek”
komik. Selain itu, komik superhero macam Godam, Gundala atau komik silat macam Si Buta dari Gua Hantu juga kurang menarik perhatian saya waktu kecil dulu.
Saya memang tak lahir saat komik superhero dan komik silat booming
di tahun 1970-an. Perkenalan saya dengan komik-komik itu hanya lewat
sekilas membaca di taman bacaan komik yang waktu itu masih tersisa.
Membeli sendiri, buat saya komik-komik silat atau superhero yang
berjilid-jilid itu terlalu mahal.
Lain halnya dengan komik Petruk-Gareng Tatang S.. Di tukang mainan di pinggir sekolah dasar (mungkin di setiap pelosok
Indonesia) pasti dijual komik Tatang S.. Untuk kantong anak SD masa itu,
harga komiknya sangat terjangkau. Tipis. Rata-rata tak sampai 20
halaman. Ceritanya langsung habis sekali dibaca. Dengan begitu, tidak
perlu mengumpulkan komiknya sampai berjilid-jilid hingga tamat.
Bagi anak-anak yang tumbuh di tahun 1980-an sampai awal 1990-an,
komik Petruk-Gareng Tatang S.—bersama komik Surga-Neraka—adalah komik
yang menjadi penanda kultural generasi mereka.
Yang juga paling diingat dari komik Petruk-Gareng rekaan Tatang S.
tentulah ceritanya. Cerita biasanya berlangsung di desa Tumaritis,
tempat Petruk, Gareng, Bagong, dan ayah mereka, Semar, tinggal. Dan,
pembaca setianya pasti ingat ada dua tema cerita yang sering disodorkan
Tatang lewat komik petruk-Gareng-nya: 1) kisah mistis Petruk
ketemu/digoda setan, hantu, dedemit, dan sebangsanya; serta 2) Petruk
dan/atau Gareng jadi superhero pahlawan Tumaritis (Megaloman Tumaritis,
Batman Tumaritis, Superman Tumaritis) yang siap membasmi kejahatan.
Kisah Petruk/Gareng ketemu setan sangat tipikal, dan di kemudian hari
paling dikenang pembacanya, termasuk saya. Biasanya, Petruk ketemu
gadis cantik bahenol di tengah jalan sendirian. Bersikap gentleman
dengan berharap bisa dijadikan pacar, Petruk menawarkan diri mengantar
sang gadis pulang. Nah, biasanya, si gadis minta diantar ke rumahnya di
suatu tempat. Petruk sadar tempat yang dimaksud kuburan, lantas bertanya
pada sang gadis cantik nan bahenol tadi. Pada bagian ini, kemudian si
gadis memperlihatkan jati diri aslinya: sesosok setan menyeramkan dengan
lidah terjulur dan buah dada menggantung. Petruk lantas lari
terbirit-birit.
Kali lain, Petruk bermalam di rumah si gadis. Eh, begitu bangun di pagi hari, ia berada di atas kuburan, bukan di rumah gedong. Waktu kecil dulu, saya kurang menyukai episode Petruk jadi superhero.
Saya lebih suka cerita Petruk ketemu gadis bahenol yang ternyata setan.
Mungkin karena saya laki-laki dan pikiran nakal ketemu cewek seksi di
tengah jalan (walau ternyata hantu), tentulah jadi imajinasi liar yang
asyik. Lagipula, Tatang sangat jago menggambar cewek cantik nan bahenol.
Karakter cewek-cewek komik Petruk-Gareng Tatang S. selalu digambarkan
berparas cantik dengan rambut panjang terjuntai dan dada yang montok. Di
tahun 1980-an saat majalah FHM, Maxim, dan pornografi dunia maya belum
memasyarakat, apa yang disuguhkan Tatang sudah cukup memuaskan dahaga.
Hehehe...
Petruk dan Gareng jadi superhero. (dok.ist.)
Menarik
pula ditelisik kenapa Tatang S. memilih mengandalkan Petruk dan
kerabatnya sebagai tokoh utama komiknya. Kita tahu, Petruk dan
kerabatnya adalah punakawan dalam cerita pewayangan. Dalam cerita
Mahabharata di India, tak ada tokoh punakawan. Mahabharata dari sananya
adalah epos kepahlawanan para pangeran. Ketika akhirnya kisahnya diimpor
ke tanah Jawa (mungkin di abad ke-7), cerita asli dari India itu
mengalami modifikasi.
Ceritanya tidak diubah sepenuhnya, tapi para dalang di sini, yang
umumnya berasal dari golongan non bangsawan, menyusupkan
karakter-karakter baru: para rakyat jelata, yang sedikit-banyak jadi
bagian penting bagi sebuah kisah besar kebaikan lawan kejahatan di
kalangan para pangeran. Para punakawan ini, yang jadi perlambang rakyat
kebanyakan, adalah cerminan bahwa segala laku para elit di atas pada
gilirannya akan berimbas pada kehidupan mereka.
Di cerita pewayangan, punakawan juga berfungsi sebagai bagian senda
gurau dari kisah peperangan yang berat dan kerap berakhir menyedihkan.
Punakawan, para bodor itu, menjadi titik jeda untuk rehat sejenak dari
yang berat-berat.
Di komik Petruk-Gareng Tatang S, apa yang sekedar berada di pinggir
dari kisah Mahabharata ditarik ke depan, menjadi tokoh utama. Para bodor
yang genar bersenda gurau itu memiliki panggungnya sendiri, desa
Tumaritis, bukan istana Astina atau Pandawa. Dalam lakon Tatang, para
rakyat menjadi yang utama.
Dari sini kemudian cerita Tatang S. semakin mudah diterima oleh
kalangan bawah. Ia menceritakan kisah keseharian mereka, yakni terutama
mimpi-mimpi kalangan bawah: punya pacar cantik bahenol dan/atau bisa
jadi superhero.
Komikus Tatang S. (dok.ist.)
***
Sebagai komikus, nama Tatang S. rasanya kurang dihargai. Tidak banyak
studi budaya pop yang mengulik perihal karyanya—yang banyak adalah
tulisan mengenang kecintaan pada komiknya, dan artikel ini menambah
deret panjang hal itu. Padahal dengan masifnya peredaran komik-komiknya
pada 1980-an sampai awal 1990-an, Tatang selayaknya mendapat penghargaan
senada seperti RA Kosasih, Ganes TH, Djair, Hasmi, Teguh Santosa, atau
Wid NS.
Daari telusuran di dunia maya mencari bahan untuk tulisan ini,
laporan paling mutakhir atas kiprah Tatang S. dimuat majalah independen
yang digagas sekumpulan mahasiswa UI, Akar edisi Maret 2011. Mereka
melakukan reportase menyusuri jejak Tatang S mulai dari kios buku loak
di Pasar Senen yang masih menjual komik-komik Petruk-Gareng hingga ke
sebuah tempat di perkampungan Buaran, Jakarta Timur yang disebut-sebut
pernah ditinggali Tatang.
Tatang tinggal sendirian di rumah kontrakan di Jakarta. Istri dan
seorang anaknya tidak ikut tinggal di situ. Kang Tatang, demikian ia
biasa disapa, karena ia orang Sunda., dikenal tetangga sebagai pria yang
baik, jarang punya masalah baik dengan keluarga maupun tetangga.
Anda yang mungkin pernah mencari tahu kisah hidup Tatang S. di dunia
maya pasti pernah bertemu artikel perihal riwayat hidupnya. Sebuah
artikel yang tersebar ke mana-mana, entah di forum atau blog pribadi
yang tak jelas siapa penulis awalnya maupun pertama kali diterbitkan di
mana.
Di artikel riwayat hidup Tatang S. itu terpajang sebuah foto pria
setengah baya. Itulah yang dikatakan wajah Kang Tatang, sang pengarang
komik Petruk-Gareng yang legendaris. Di artikel tu juga dimuat Tatang
meninggal pada Maret 2003. Rumornya karena penyakit gula. Dilaporkan
majalah Akar, tetangga Tatang di rumah kontrakannya di Buaran, Jakarta
Timur tak tahu kabar kematian sang komikus.
Sayang memang, kita tak pernah benar-benar tahu nasib yang menimpa
salah satu komikus yang jasanya ikut membentuk sebuah penanda budaya pop
dari sebuah era. Meski begitu, seperti setiap kali diucap Tatang S. di
setiap karyanya kita—terutama yang tumbuh bersama komiknya—sepatutnya
menimpali salam sang komikus: “Salam manis tidak akan habis. Salam
sayang tidak akan hilang, untuk komikus kami tercinta, Tatang S.”
TAHUKAH ANDA: Selain membuat komik Petruk-Gareng, Tatang S. juga pernah membuat komik surga dan neraka. Itu lho, komik yang isinya melulu siksa neraka mulai dari lidah digunting, disiran timah panas, dan macam-macam siksaan lain. Cari tahu tentang komik surga dan neraka di sini.
TAHUKAH ANDA: Selain membuat komik Petruk-Gareng, Tatang S. juga pernah membuat komik surga dan neraka. Itu lho, komik yang isinya melulu siksa neraka mulai dari lidah digunting, disiran timah panas, dan macam-macam siksaan lain. Cari tahu tentang komik surga dan neraka di sini.
O ya, yang ingin mengenang era 1990-an juga bisa baca artikel ini: Apa yang Paling Kita Kenang dari Era ’90-an?
Komentar